http://onlineyana.blogspot.com/

Thursday, June 24, 2010

Wanita mulia dengan sabar dan ikhlas..

Iseng-iseng browsing,aku menemukan artikel berikut di suatu situs http://www.hidayatullah.com
Sangat inspiring dan menyentuh sekali..
Ya Allah berikan selalu kesabaran dan keikhlasan bagi kami dlm menjaga amanah-Mu selalu..Amien..


Hidayatullah.com–Jika ukurannya gelar akademis, Mulia Kuruseng termasuk orang yang sukses dalam mendidik anak. Janda beranak 15 ini berhasil mengantarkan anak-anaknya menggapai gelar sarjana, ada yang profesor, doktor, master, insinyur, dan letnan.

Sejak tahun 1985, Mulia menjadi single parent (orangtua tunggal) bagi 15 anaknya. “Saya berfungsi sebagai ibu sekaligus bapak,” ungkapnya bersemangat. As’ad, sang suami, meninggal pada Oktober 1985 akibat penyakit hipertensi dan jantung.

As’ad seorang pedagang kain, pakaian jadi, dan sarung Bugis di Pare Pare (Sulawesi Selatan). Waktu itu, As’ad termasuk seorang pengusaha yang sukses. Omset usahanya tiap bulan mencapai Rp 100 juta.

Mulia bukan seorang guru apalagi bergelar sarjana, tapi hanya tamatan SD. As’ad pun cuma tamat SMA. “Saya menikah saat kelas II Muallimin, saya hanya punya ijazah SD,” kenangnya.

Bagaimana bisa ibu rumah tangga ini sukses mengantar 15 anaknya meraih berbagai gelar akademis? Wartawan Hidayatullah menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan nenek dari 24 cucu ini di kediamannya, Jl Matahari No 20 Pare-Pare.

Bagaimana perasaan Anda dalam membesarkan 15 anak sendirian?

Saya tidak pernah mengeluh. Saat itu saya tidak berpikir bagaimana nanti. Saya nekad saja. Alhamdulillah, Allah selalu berikan saya rezeki sedikit demi sedikit.

Apa saja yang Anda lakukan?

Saya berusaha melanjutkan usaha Bapak. Kan Bapak punya kios, ada barangnya. Dulu Bapak berhasil. Tetapi saat meninggal, semua piutang tersendat.

Saya sampaikan kepada anak-anak agar tetap melanjutkan sekolah. Jangan ada yang berpikir putus sekolah. Kan masih ada Tuhan. Alhamdulillah, itu semua terwujud. Waktu itu yang bungsu berusia tiga tahun.

Bagaimana dengan anak-anak yang masih kecil waktu itu?

Kebetulan waktu itu anak yang kedua (Suryani) dan ketiga (Indriyati) sudah menikah. Indriyati sebenarnya belum selesai kuliah, tapi dia sudah menikah. Merekalah yang banyak membantu saya mengurus adik-adik. Merekalah yang men-support adik-adiknya untuk maju sekolah.

Apa yang paling Anda tekankan dalam mendidik anak-anak?

Prinsip saya mendidik anak-anak ada tiga hal, yaitu ikhlas, jujur, dan sabar. Kejujuran saya tanamkan sejak mereka kecil, ini turunan dari kakeknya. Kami dulu dididik untuk senantiasa jujur. Jika ada makanan di meja, tidak ada yang langsung mau makan, harus dibagi dulu. Jika ada uang di meja, mereka berteriak mencari siapa yang punya. Jadi, di rumah ini tidak pernah terjadi kehilangan uang.

Dengan 15 anak, untuk bersikap sabar tentu berat ya. Pernahkah Anda memukul atau mencubit mereka?

Saya tidak pernah memukul mereka. Contohnya, si bungsu pernah mogok makan. Gara-garanya minta dibelikan sepeda motor karena temannya semua sudah beli motor. Saya tidak marah. Saya hanya bersabar. Tiba-tiba temannya yang punya motor tabrakan dan meninggal dunia. Saya sampaikan kepada dia, “Saya sayang kamu Nak.” Apalagi memang saya tidak punya uang.

Saya selalu mengeluarkan bahasa-bahasa yang sopan. Mereka tidak pernah dipukul, juga tidak pernah dibentak. Jika ada yang salah, saya tegur saat dia lagi sendiri agar tidak tersinggung, di saat adik atau kakaknya tidak ada.

Jika ada yang mau saya tegur, saya carikan waktu khusus. Karena jika anak nakal satu, bisa jadi nakal semua. Saya selalu ingatkan dengan bahasa sopan. Anak-anak ini semua (sambil menunjuk foto-foto mereka) tidak ada yang pernah kena cambuk.

Kalau marah sama mereka, saya pergi wudhu kemudian shalat sunah. Nanti setelah tenang baru saya nasihati mereka.

(Hasmi As’ad (48), anak sulungnya, mengaku belum pernah merasakan kerasnya tangan ibunya. “Saya kira adik-adik juga begitu,” kata dokter yang kini menjadi Kepala Kesehatan Pertamina Wilayah Selatan.

Kalau marah, katanya, sang ibu biasanya diam. “Baru beberapa saat kemudian Ibu bicara,” ujarnya.)

Bagaimana menanamkan keikhlasan?

Saya tidak pernah berpikir untuk mendapat gantinya, atau anak-anak membalas jasa-jasa saya. Tidak, saya betul-betul ikhlas.

Saya juga tekankan pada mereka untuk ikhlas dalam memberi. Jika saya minta mereka membantu adik-adiknya, harus betul-betul ikhlas, jangan dipaksakan. Saya bilang kepada yang punya istri, jangan bebani istrimu. Jika tidak setuju, jangan dilakukan. Tetapi justru menantu-menantu yang paling dulu memberi. Mereka bilang, “Kami ikhlas.”

(Keluarga ini punya kebiasaan saling membantu, bila saudaranya yang lain memerlukan dana. Contonya saat Sumarni (anak ke-14) mau beli mobil, Mulia menghubungi anak-anaknya yang lain. Akhirnya mereka patungan, ada yang memberi Rp 5 juta, Rp 10 juta, sehingga terkumpul 70 juta untuk beli mobil).

Dalam hal ibadah, bagaimana Anda mendidik anak-anak?

Saya tidak pernah menyuruh mereka untuk shalat, tetapi saya harus mencontohkannya. Saya dulu yang kerjakan, baru kemudian saya suruh mereka. Kita tidak bisa suruh anak-anak sebelum kita mencontohkannya.

Untuk kesehariannya, saya melarang anak-anak memasukkan urusan-urusan di luar ke dalam rumah, termasuk juga dalam berbahasa. Bahasa yang tidak dipakai di rumah dilarang masuk ke dalam rumah. Bahasa di luar dipakai di luar saja, tidak boleh masuk ke dalam rumah.

Dalam hal ruhani, kebetulan saya bertetangga dengan KH Abdul Pa’baja (ulama besar di Pare Pare). Beliau juga yang banyak membantu menanamkan nilai-nilai moral pada anak-anak. Di sinilah terbentuknya fondasi anak-anak.

Semua anak Anda bergelar sarjana, apakah memang ditekankan soal ilmu?

Oh, tidak. Saya cuma tekankan bahwa siapa yang tidak sekolah ayo bantu ibu. Akhirnya mereka semua mau sekolah. Saya juga buat persaingan di antara mereka. Saya tidak pernah secara langsung menekankan mereka untuk sekolah, saya hanya buat persaingan. Siapa yang rangking I akan lebih tinggi hadiahnya daripada yang rangking II. Jadi, mereka terus berlomba. Mereka rata-rata rangking satu, dan SD-nya lima tahun.

Saya tidak pernah menyogok, baik ketika anak-anak sekolah ataupun mencari pekerjaan.
Rezeki itu datangnya dari Allah, tidak perlu disogok. Insya Allah, di rumah ini bersih. Untuk bekerja, anak-anak bilang, “Saya tidak usah bekerja jika harus menyogok.”

Mengapa tidak berpikir untuk menikah lagi?

Wah, siapa yang mau mengurus anak sebanyak ini? He…he…. Yang jelas sejak suami meninggal, saya berjanji untuk melanjutkan perjuangannya dengan menyekolahkan anak-anak. Bahkan saya pernah bersumpah untuk itu, saat suami saya di rawat di rumah sakit.

Apa aktivitas Anda sekarang?

Saya di rumah saja, kadang ke pasar jaga toko, itu pun tidak serius. Saya hanya duduk, berdzikir, dan mengaji. Jika di toko, saya kadang menghabiskan dua juz dari pagi hingga Dhuhur.* (Sarmadani, Makasar/hidayatullah.com)

Thursday, June 17, 2010

Kisah Seorang Alim dan Seorang Pelacur.

Dikisahkan, seorang alim yang bertetangga dengan seorang pelacur. Setiap kali orang alim ini memandang rumah sang pelacur, dalam pikirannya yang terbayang/ terlintas adalah sang pelacur itu pasti selalu melakukan perbuatan mesum. Prasangka buruk itu selalu terlintas dibenaknya setiap kali dia teringat akan si pelacur tersebut. Prasangka itu sudah merasuk kedalam jiwanya, sehingga dia sangat membenci dan jijik dengan pelacur tersebut. Ingin rasanya dia mengusir dari samping rumahnya, namun dia sangat dikenal sebagai orang yang bijak dan adil dalam mengambil keputusan. Sehingga keputusan untuk mengusir dari samping rumahnya dibatalkan karena takut dinilai masyarakat dia tidak bijak dalam memutuskan.

Namun sebaliknya, Jika sang pelacur melihat rumah orang alim tadi, hatinya selalu bergejolak dan bergetar. Penyesalan dan tangisan yang mendalam selalu tersimpan dalam hatinya. Batinnya selalu berdo’a :

“ Betapa Mulianya Engkau ya Allah, memiliki hamba yang alim dan bijaksana seperti tetanggaku ini, sementara aku bergelimang dengan lumuran dosa. Dia menjadi orang yang disegani dan dihormati dengan masyarakat. Banyak orang dari berbagai pelosok berkunjung ke rumahnya, menimba ilmu serta memohon do’a restu darinya. “

“ Ya Allah, aku sangat ingin seperti dirinya, hidup terhormat, disegani dan jauh dari dosa serta perbuatan maksiat. Ya Allah, tunjukkan aku pada jalan-Mu yang benar, mudahkanlah keinginanku ini, dan janganlah Engkau biarkan aku dalam keadaaan tersesat seperti ini. “

Demikianlah pikiran dari sang pelacur tadi. Setiap hari jika sang pelacur ini melihat rumah tetangganya, dia selalu berdo’a dan selalu berpikiran baik untuk dirinya. Dia sangat kagum, takjub, senang dan bangga terhadap perilaku seorang yang alim tadi. Namun prasangka seorang yang alim tadi justru sebaliknya, dia semakin geram dan benci saja dengan tetangganya tersebut.

Pendek cerita, tibalah hari pembalasan.

Orang alim tersebut diseret oleh malaikat ke pintu neraka. Dia protes “ Kalian pasti salah, coba buka kembali catatan amal dan ibadahku selama ini “. Malaikatpun membuka dan membacakannya, “ Betul sekali engkau tercatat sebagai seorang yang saleh dan alim. Buku ini penuh dengan rekaman amal dan kebajikanmu. Tetapi satu hal yang membuat Allah murka dan tidak ridha denganmu, engkau selalu melihat orang lain dengan prasangka burukmu. Contoh nyatanya, seorang pelacur tetanggamu, selalu kau lihat dengan penuh kebencian dan tanpa belas kasihan sedikitpun. Lupakah engkau bahwa Allah menciptakan surga dan neraka untuk hambanya. Dia yang lebih berhak menentukan hambanya ditempatkan pada Surga atau Neraka “.

Sementara disisi lain, seorang pelacur tadi justru diantarkan malaikat menuju pintu Surga. Dia pun protes seperti halnya seorang yang alim tadi, “ Apakah kalian tidak salah dalam membaca catatan amal ibadahku ?, sepertinya aku tidak tepat di tempatkan di Surga. Bukankah saya lebih banyak berbuat dosa dan maksiat selama di dunia ? “. Lalu malaikat menjawab, “ Ada satu hal kecil yang nampaknya sepele tapi sering diabaikan manusia, justru itu yang membuat Allah ridha dengan perilaku hambanya. Engkau selalu menaruh harapan yang baik kepada Allah dan selalu Khusnudzon terhadap sesama manusia. Ketahuilah Allah menciptakan Surga dan neraka untuk hambanya yang terpilih. Dialah yang lebih berhak untuk menentukannya. “

Kisah sufi ini menginspirasikan kita sebagai hamba yang hina tentang perlunya selalu berpikir dan memiliki harapan yang baik kepada Allah. Sebagaimana pesan Al qur’an dan alhadits : “ Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, Ana inda dzanni abdibi (aku mengikuti prasangka hamba-Ku). “ Maksudnya, jika kita memiliki pengharapan yang baik kepada Allah, niscara Allah akan memberikan harapan yang baik pula kepada kita, namun jika kita berfikir sebaliknya, maka keburukanpun yang akan kita dapatkan. “

Tuesday, June 15, 2010

Sering Kencing, Ginjal pun Jadi ”Cling”

SELAMA ini berkembang satu pemahaman tentang perlunya minum air minimal delapan gelas per hari. Jika dirata-ratakan volume gelas adalah 250 ml, berarti dalam satu hari kita dianjurkan minum sebanyak 2 liter air. Alasan perlunya minum air sebanyak delapan gelas per hari didasarkan pada asumsi air itu diperlukan untuk mencuci ginjal, salah satu organ penting dalam tubuh kita. Makin banyak minum air berarti ginjal sering dicuci. Karena sering dicuci, ginjal jadi sehat dan bisa berfungsi dengan baik.

Memiliki ginjal yang sehat dan berfungsi baik, jelas menjadi idaman semua orang. Ginjal merupakan organ yang berfungsi membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh termasuk zat racun dalam bentuk air seni (urine) yang harus dibuang. Manakala ginjal gagal menjalankan fungsinya atau sering disebut dengan "gagal ginjal", orang yang menderitanya hanya akan menghadapi dua pilihan jika ingin tetap hidup normal; menjalani hemodialisis (cuci darah) secara intensif atau mengganti ginjalnya dengan ginjal donor yang sehat lewat proses pencangkokan.

Saking takutnya menderita penyakit ginjal, apalagi gagal ginjal, sebagian masyarakat "menelan" anjuran minum air delapan gelas per hari atau bahkan lebih. Bahkan, ada sebagian yang minum air mineral dengan harga relatif mahal. Pertanyaannya, apakah betul untuk menjadikan ginjal kita sehat kita diwajibkan minum air sebanyak minimal delapan gelas per hari? Apakah ini memang anjuran medis yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah ataukah sekadar mitos tak mendasar dan lebih didasarkan pada kepentingan bisnis dari para produsen air mineral agar produknya laku dijual?
Beberapa waktu lalu sejumlah peneliti mengeluarkan suatu pernyataan cukup mengejutkan karena isi pernyataan tersebut berlawanan dengan anjuran seputar perlunya minum air sebanyak delapan gelas per hari. "Itu hanya mitos. Belum ada bukti ilmiah minum air delapan gelas per hari merupakan anjuran tepat. Itu akal-akalan produsen air mineral mendongkrak barang dagangannya," kata Dr. Heinz Valtin, ahli ginjal dari Darmouth Medical School New Hampshire.

Valtin menjelaskan, pernyataannya tersebut didasarkan hasil penelitiannya yang dilakukan selama 10 bulan. Setelah melewati serangkaian penelitian yang disebutnya sangat hati-hati, Valtin menemukan, tak ada bukti ilmiah yang mendukung anjuran kita perlu minum sebanyak delapan gelas per hari.

Bersama sejumlah koleganya Valtin memang sempat menjadi perhatian utama dunia, apalagi selama ini media massa, baik koran maupun majalah selalu menulis tentang anjuran minum air sebanyak delapan gelas per hari. "Saya sudah bicara dengan kolega saya dan bertanya pada mereka, apakah ada bukti untuk itu. Sayang, jawaban terhadap pertanyaan itu hanyalah mitos," kata Valtin.

Sepertinya pernyataan Valtin agak bertolak belakang dengan tulisannya di American Journal of Phsycology, The Food and Nutrition Board of National Research Council. Dalam tulisan tersebut Valtin merekomendasikan orang untuk minum sedikitnya satu mili meter air untuk setiap kalori yang dimakan. Dengan asumsi kebutuhan kalori seorang pria Indonesia rata-rata 2.500 kalori, seharusnya ia minum air minimal 2.500 ml per hari atau lebih dari delapan gelas air. Betulkah ada kontradiksi?

Sebenarnya tidak. Dalam tulisannya, Valtin menyebut cairan sebanyak satu mili meter air untuk setiap kalori yang dikonsumsi sudah termasuk dalam makanan. "Saya sudah melakukan 43 penelitian mengenai sistem osmoregulatory. Sistem itu sangat persis dan cepat saya temukan bahwa sukar untuk percaya setelah evolusi, manusia jadi kekurangan cairan tubuh," ujar Valtin.

Menurutnya, jika seseorang memiliki sedikit cairan dalam tubuh, tubuhnya akan mengompensasi dengan membawa kembali air tersebut keluar dari ginjal dan menambah kekurangan cairan melalui kulit. Rasa haus sudah terasa sebelum terjadi dehidrasi. Proses tersebut berlangsung sangat cepat dan akurat hanya dalam hitungan menit.

Persoalannya, terletak pada kesalahan informasi. Selama ini memang banyak anjuran minum air sebanyak delapan gelas per hari, padahal sebenarnya tidak perlu. Orang yang memiliki batu ginjal, lanjut Valtin, mungkin memerlukan banyak minum. Akan tetapi, orang yang normal boleh minum saat haus saja termasuk di dalamnya minum kopi, teh, bahkan bir.

Atas penjelasan tersebut, Valtin berharap orang akan merasa lega tanpa harus merasa bersalah karena kurang minum. Apalagi harus repot-repot membeli minuman dalam kemasan yang harganya mahal. Bahkan, ada kemungkinan orang yang banyak minum air yang sudah terkontaminasi atau terpolusi akan lebih menderita karena mendapat kiriman penyakit. Akibatnya, akan terjadi urinisasi atau kelebihan cairan yang beracun.

Senada dengan Valtin, spesialis ginjal yang juga Kepala Bagian Penyakit Dalam RS Dr. Hasan Sadikin Bandung, Dr. Rully A.M Roesli, Sp.P.D., K.G.H., menyebut bahwa masih banyak pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang keliru, bahkan terjebak ke dalam mitos tentang suatu jenis penyakit. Salah satunya adalah pemahaman mengenai perlunya setiap orang minum air minimal delapan gelas per hari karena dianggap akan menyehatkan ginjal.

"Itu sama saja kelirunya dengan pendapat yang menyatakan jika kita flu jangan minum es atau orang yang punya penyakit hipertensi pasti suka marah-marah. Belum tentu banyak minum air menjadikan ginjal kita sehat. Malah kalau tidak hati-hati, banyak minum justru akan sangat membahayakan ginjal," kata Rully.
Menurut Rully, jumlah cairan dalam tubuh memang harus tersedia memadai. Standar kebutuhan air pada manusia biasanya mengikuti rumus 30 cc per kilo gram berat badan per hari. Artinya, jika seseorang dengan berat badan 60 kg, maka kebutuhan air tiap harinya sebanyak 1.800 cc atau 1,8 liter. Untuk memenuhi kebutuhan air sebanyak itu, tidak harus selalu berasal dari air yang diminum langsung, melainkan bisa dipenuhi dari sejumlah sumber makanan yang mengandung air.

Berkaitan dengan kesehatan ginjal, Rully menyatakan, minum air dengan jumlah banyak bisa menjadi salah satu cara agar ginjal sehat. Minum air, menjadikan orang sering dilanda "kebelet pipis" alias ingin buang air kecil. Sering buang air kecil menyebabkan banyak kotoran dan racun yang dibuang dari ginjal. Namun, minum banyak air dengan tidak didasari pengetahuan memadai, justru membahayakan ginjal terutama jika antara jumlah asupan air ke dalam tubuh dan yang dikeluarkan dalam bentuk urine, tidak seimbang. Jika setiap hari minum banyak air, tapi sisanya tidak dibuang atau jumlah yang dibuangnya lebih sedikit dari yang masuk, itu justru yang berbahaya bagi ginjal.

"Jadi, yang benar itu bukan perlunya kita minum banyak air setiap hari sehingga ginjal jadi sehat. Namun, ginjal kita akan sehat jika sering-sering buang air kecil alias kencing. Makanya, kalau kita ingin kencing, jangan sekali-kali menahannya karena akan mengganggu kesehatan ginjal," ujar Rully sambil menyebut bahwa soal kebutuhan air, tubuh kita sudah "diformat" sedemikian rupa. Ketika mengalami kekurangan cairan, secara otomatis tubuh memberi respon dalam bentuk perasaan haus ingin minum. Kalau begitu, banyak-banyaklah kencing biar ginjal pun jadi "cling" (bersih). Semoga. Muhtar/"PR" *** (23 Maret 2003)

Sumber:
Muhtar,Pikiran Rakyat, dalam :
http://www.pernefri.org/3-berita-kegiatan-290303.php
21 Agustus 2009

Monday, May 24, 2010

Koprol Jejaring Indonesia

Koprol.com merupakan situs jejaring sosial(social Network) berbasis lokasi yang ditujukan untuk kota-kota di Indonesia.

Wednesday, May 19, 2010

Facebook sebagai Sosial Media Marketing

Pemasaran sosial media adalah proses mempromosikan bisnis melalui saluran sosial media dan merupakan strategi yang kuat untuk mendapatkan link dan perhatian dari para khalayak ataupun konsumer.


Sosial media marketing sendiri sangat meningkat seiring dengan kebutuhan manusia akan cara bersosialisasi. Fakta ini di tunjukkan dengan pengguna internet Indonesia lebih banyak mengunjungi situs sosial media dari pada membaca berita. Salah satu sosial media yang memiliki pengguna paling banyak adalah facebook, data dari Wikipedia menunjukkan bahwa pada April 2010 pengguna facebook di Indonesia mencapai 21.027.660 tumbuh tertinggi kedua di Asia setelah Malaysia.


Sosial media telah merubah total cara orang berkomunikasi. Banyak perusahaan ataupun bahkan individu yang menggunakan facebook dan media sosial networking lainnya sebagai media marketing untuk membangun citra perusahaan dan meningkatkan penjulan produk. Dengan sosial media orang-orang mudah mengekspresikan pendapat dan suaranya secara bebas, produsen dan konsumen bisa langsung dan sangat mudah berinteraksi, berkomunikasi, dan bahkan menyampaikan pendapat ataupun kritik terhadap produk.

Kiat Meredam Emosi

Dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan kita, sebagai manusia kita tak luput dari berbagai tingkah laku dan perbuatan yang terkadang di luar kontral dan kesadaran kita. Kadang kita bisa tertawa sampai terbahak-bahak, kita bisa menangis terseduh-seduh saking sedihnya, bahkan tiba-tiba dari sekedar sewot, berubah meletus bagai gunung yang siap meumpahkan isi perutnya…

Marah dan emosi adalah tabiat manusia. Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikan marah & emosi kita, agar tidak sampai menimbulkan efek negatif baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Sebagai umat muslim kita telah diingatkan, misalnya :

Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah saw bersabda Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridlai (H.R. Ahmad).

Dalam riwayat Abu Hurairah dikatakan Orang yang kuat tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah (H.R. Malik).


Cara-cara meredam atau mengendalikan kemarahan / emosi :

1. Membaca Ta’awwudz.
Rasulullah bersabda Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang,yaitu:
“A’uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim”
artinya : Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk (H.R. Bukhari Muslim).

2. Berwudlu.
Rasulullah bersabda Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah (H.R. Abud Dawud).

3. Duduk.
Dalam sebuah hadist dikatakan, kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah (H.R. Abu Dawud).

4. Diam.
Dalam sebuah hadist dikatakan Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah (H.R. Ahmad).

5. Bersujud
Artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadist dikatakan Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia.

Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud). (H.R. Tirmidzi)

posting ini di ambil dari elindasari in Tips (http://elindasari.wordpress.com/2007/11/15/kiat-meredam-marah-emosi/)

Tuesday, December 22, 2009

Belajar di Penjara Dunia

“Dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan sebagai surga bagi orang kafir” (H.r.Muslim)

Dunia adalah penjara….benarkah? Mari kita cermati. Gunakan cara pandang berbeda. Koleksi kreasi bangun percaya diri. Seperti kisah berikut ini.

Laki-laki itu seorang ulama di zamannya. Pengarang kitab yang amat terkenal, Fathul Bari, syarah Shahih Al-bukhari. Kitabnya banyak ditiru. Fathul bari-nyalah yang asli. Siapa dia? Imam Ibnu Hajar al-Asqalani.

Suatu hari, sebagai qadhi (semacam hakim agung tingkat nasional) ia berkendara dengan keledai yang bagus, Mitshubishi Kuda kalau sekarang. Pakaiannya bagus. Performanya menyakinkan. Saat melintas di sebuah pasar, tiba-tiba seorang Yahudi pedagang minyak menghadang. Memegang tali keledai sang Imam, seraya berkata, “Ya Syaikhul Islam, Anda menyatakan bahwa Nabimu bersabda, ‘Dunia itu penjara orang beriman dan surganya orang kafir.’ Dengan penampilan Anda yang seperti ini, Anda di penajra seperti apa? Dan dengan keadaan saya yang begini ini, saya berada di surga seperti apa?”

Ibnu Hajar menjawab, “Dengan kondisi seperti ini, saya di banding dengan kenikmatannya yang Allah janjikan di akhirat, seolah dalam penjara. Engkau denga kondisi seperti itu, di bandingkan dengan siksa dan hukuman yang Allah ancamkan di akhirat nanti, sekarang berada di dalam surga.”

Luar biasa! Mendengar jawaban tersebut, Yahudi spontan menyatakan masuk islam. Sehebat apapun orang mukmin di dunia, ia masih berada dalam “penjara keterbatasan”. Segembel apapun orang kafir, mereka masih di surga, sebab masih ada neraka menyala menanti mereka.

Begitulah, Imam Ibnu Hajar mengajari cara pandang berbeda. Cerdas dan unik. Bagi orang beriman, segala keadaannya, sebaik dan sehebat apapun masih dalam jeruji penjara, dibandingkan kebebasan akhirat yang full nikamt. Begitu indah surga yang dijanjikan. (The Way to Win, Sholikhin Abu Izzuddin)